MAKALAH PENGERTIAN,SEJARAH PERKEMBANGAN ,DAN SUMBER NORMATIF TASAWUF

MAKALAH
PENGERTIAN,SEJARAH  PERKEMBANGAN ,DAN SUMBER NORMATIF TASAWUF
B AB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
 Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.  Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat di dalam kehidupan tasawuf.
 Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri atau mensucikan jiwa dari sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan sifat yang baik dan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya umtuk mencapai keridhaan Allah SWT, dan merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan Allah melalui jalan dan cara, yaitu maqâmât dan ahwâl. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini saya akan mencoba memaparkan beberapa persoalan yang sudah dibahas oleh pemakalah sebelumnya yaitu tentang berhubungan dengan tasawuf, yaitu pengertian tasawuf, sejarah perkembangan tasawuf, dalil   Al-Quran dan Hadits tentang perlunya tasawuf, manfaat tasawuf, serta istilah-istilah dalam tasawuf. 










BAB II
PEMBAHASAN

Definisi akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak
 kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab , yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Sedangakan secara istilah ada beberapa pendapat mengenai pengertian akhlak diantaranya:
Ibnu Maskawaih mendefinisikan bahwasnya akhlak merupakan keadaan  jiwa seseorang yang mendorongnya utuk melakukan perbuatan-perbutan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
Menurut Imam Al Ghozali mendefinisikan akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,dengan tidak memerlukan pertimbanagan pikiran (lebih dahulu).
Dari pendapat tersebut bisa kita simpulkan bahwasanya akhlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan suatu perbuatan baik atu buruknya tanpa adanya pertimbangan akal terlebih dahulu atau secara spontan.
Pengertian tasawuf
Pengertian tasawauf menurut bahasa atau etimologi, Para ahli berselisih tentang asal kata tasawuf, antara lain :
Shuffah ( serambi tempat duduk ): yakni serambi masjid nabawi di Madinah yang disediakan untuk orang-orang yang belum mempunyai tempat tinggal dan kalangan Muhajirin di masa Rasulullah SAW. Mereka biasa dipanggil ahli shuffah (pemilik serambi) karena di serambi masjid itulah mereka bernaung. 
Shaf ( barisan ): karena kaum shufi mempunyai iman kuat, jiwa bersih, ikhlas, dan senantiasa memilih barisan yang paling depan dalam sholat berjamaah atau dalam perang suci. 
Shafa : bersih atau jernih. 
Shufanah : Sebutan nama kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. 
Shuf (bulu domba): disebabkan karena kaum sufi biasa menggunakan pakaian dari bulu domba yang kasar, sebagai lambang akan kerendahan hati mereka, juga menghindari sikap sombong, serta meninggalkan usaha-usaha yang bersifat duniawi. Orang yang berpakaian bulu domba disebut “ mutashawwif ”, sedangakan perilakunya disebut “ tasawuf ” 
Theosofi : Ilmu ketuhanan. Tetapi yang terakhir ini tidak disetujui oleh H.A.R.Gibb. Dia cenderung kata tasawuf berasal dari Shuf (bulu domba).
Sedangkan definisi tasawwuf secara terminology menurut beberapa pendapat ulama diantaranya;
 Imam Junaid dari Baghdad (m. 910) mendefinisikan tasawuf sebagai “mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah”.
Syekh Muhammad Al-Kurdi Tasaawwuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahuai hal ihwal( perbuatan) kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihakannya dari( sifat-sifat yang buruk) dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, cara Melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan allah dan meningglkan larangannya menuju larangannya. 
Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ ulumuddin, Tasawuf adalah ilmu yang membahas cara-cara seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT.Tasawwuf adalah budi pekerti barang siapa yang memberikan budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan bekal atas dirimu dalam bertasawwuf, maka hamba yang jiwanya menerima (perintah) untuk beramal karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan suluk dengan nur (petunjuk) islam dan ahli zuhud yang jiwanya menerima (Perintah) untuk melakukan beberapa akhlq (terpuji), karena mereka telah melakukan suluk nur dengan nur (petunjuk) imannya.
Dari pendapat diatas kita dapat mendefinisikan tasawuf merupakan upaya mensucikan jiwa dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.

Hubungan Antara Akhlak Dan Tasawuf
Tasawuf merupakan proses pendekatan diri dengan cara mensucikan hati sesuci-sucinya. Aakhlak adalah suatu tindakan jiwa seseorang tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu atau spontanitas yang menentukan batas antara baik buruknya seseorang. 
Hubungan antara akhlak dan tasawuf yaitu bahwa orang yang suci hatinya akan tercermin dalam air muka dan perilakunya yang baik. Selain itu, Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Titik tekan akhlak islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan tasawuf pada kecintaan dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf memiliki hal yang berbeda, namun secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak menginginkan keburukan dan kerusakan yang terjadi.
Hal ini dapat dirangkum dalam hal berikut mengenai Hubungan Akhlak dan Tasawuf :

Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT
Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa
Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat
Untuk memuliakan akhlak sejatinya kita juga bisa kembali melaksanakan sunnah rasul. Tasawuf tentu tidak dilarang secara praktik jika tidak ada hal yang bertentangan dengan Al-Quran, Sunnah, rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama. Hal ini dapat diperkuat misalnya dengan cara melaksanakan Sunnah Sebelum Tidur , Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.

Sejarah Munculnya Dan Perkembangan Ajaran Tasawuf
Perkembangan tasawuf dalam islam telah beberapa fase, fase pertama yaitu pada abad ke I dan abad ke II. Pada fase ini terdapat individu-individu dari kalangan muslim yang lebih memusatkan dirinya  pada ibadah. Tokoh yang sangat populer padabad ini adalah Hasan Al-Bashri (110H) dan Rabiah al Adhawiyyah (185H). Kedua tokoh ini dijuluki sebagai zahid.
Pada abad ke III hijriah para sufi mulai menaruh perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku. Perkembangan doktrin-doktrin dan tingkah laku para sufi ditandai dengan upaya menegaPerkembangan doktrin-doktrin dan tingkah laku para sufi ditandai dengan upaya menegakkan moral ditengah terjadinya dekadensi moral yang berkembang saat itu. Sehingga ditangan mereka tasawuf  berkembang menjadi ilmu moral keagamaan.
Pada abad ke IV hijriah muncul jenis tasawuf yang lebih menonjolkan pemikiran yang eksklusif. Golongan ini diwakili oleh al hallaj, yang kemudian dihukum mati karena menyatakan pendapatnya mengenai hulul (309H). Al halaj mengalami peristiwa nahas seperti itu karena pah am hulul nya sangat kontroversial dengan kenyataan di masyarakat yang tengah menggandrungi jenis tasawuf akhlaki. Untuk itu kehadiran al hallaj sangat membahayakan pemikiran umat saat itu.
Pada abad ke V hijriah muncul Imam Al Ghazali, yang sepenuhnya hanya menerima taawuf bedasarkan Al-Quran dan sunnah, bertujuan (kehidupan sederhana), pelurusan jiwa, serta pembinaan moral. Pengetahuan tasawuf dikajinya begitu mendalam.
Pada abad ke VI hijriah, sebagai akibat pengaruh ke pribadian Al Ghazali yang begitu besar, pengaruh tasawuf sunni meluas keseluruh pelosok dunia Islam. Keadaan ini memberi peluang bagi munculnya para tokoh sufi yang mengembangkan torekat-torekat untuk mendidik para murid mereka, seperti sayyid Ahmad ar Rifa’i (570H), dan sayyid Abdul Qadir Al jaelani (651H).
 
Sumber Normative Tasawuf
Seiring dengan banyaknya kritik-kritik terhadap tasawuf yangyang menimbulkan ketegangan dalam dunia pemikran islam, nampaknya sudah mulai bermunculan aneka argumentasi tentang apakah tasawuf benar-benar ilmu keislaman ataukah ia hanya sekedar pengislaman unsur-unsur  non-islam. Sebenarnya dasar-dasar tasawuf sudah ada sejak datanngnya islam ditanah arab, hal ini dapat diketahui dari kehidupan Nabi Muhammad SAW,cara hidup beliau yang diteladani dan kemudian diteruskan oleh para sahabat. Selama periode Mekah,kesadaran spiritual rasulullah SAW adalah berdasarkan pengalaman mistik yang jelas  dan pasti,  sebagaimana dilukiiskan dalam Al-Quran surat An Najm (53);11-13,Allah berfirman:
ماكذ ب الفعاد ما رأى, أفتما رونه على مايرى, ولقد رءاه نزلة أخرى.
Artinya :
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.
Dasar Tasawuf Dalam Al Quran 
Kita telah mengetahui bahwa Alquran telah menjadi sumber hukum dalam agama islam. Oleh karena itu, dalam merumuskan sesuatu seperti ilmu atau hal yang menyangkut dengan tata cara keislaman, maka Alquran menjadi bahan paling utama yang dijadikan sebuah sumber. Dalam hal ini tasawuf juga menjadi materi yang harus dicari kebenarannya, yakni  melalui Alquran terlebih dahulu. Berikut ini beberapa ayat penguat dari Alquran yang dijadikan sumber tasawuf, antara lain:
1. QS. Ar-Ra’du: 28
Pada dasarnya tasawuf berpusat pada kegiatan rohaniyah, yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, tasawuf tidak berkenaan dengan adab-adab lahiriah. Seorang hamba harus sebisa mungkin untuk selalu ingat (dzikir) pada Penciptanya. Pada ayat tersebut telah termuat bahwa yang bisa mengingat Penciptanya, maka hati mereka akan tentram.
2. QS. Al Isra’: 79
 Cara mengingat sang Pencipta dalam tasawuf juga bisa melalui sholat. Alquran juga telah memuat bahwa terdapat anjuran untuk sholat tahajud (lail) sebagai tambahan beribadah untuk semakin mendekatkan diri terhadap Allah.
 3. QS. Adz Dzariyat: 17-18
Mengingat Allah merupakan perbuatan yang harus senantiasa dilakukan. Tidak hanya kualitas saja, melainkan juga kuantitasnya dalam mengingat Allah. Ayat diatas telah memberikan gambaran bagaimana waktu yang tepat untuk berada lebih dekat dengan Allah, yakni pada saat akhir malam dan dengan cara memohon ampun atas perbuatan dosa mereka
4. QS. Fathir: 5
Bertasawuf juga mengajarkan agar kita tidak terlalu melihat kehidupan dunia. Dunia saat ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Dan yang lebih dipentingkan adalah kehidupan akhirat nantinya. Hal itu juga telah diungkapkan oleh Alquran pada surat An Nisa’.
5.QS. Al Maidah: 119
Tujuan bertasawuf adalah demi mencapai keridhaan Allah SWT semata. Apa yang dilakukannya, seperti beribadah, beramal sholeh dan upaya lainnya dilakukan hanya untuk mencari keridhaan Allah. Jika seorang hamba melakukan ibadah atas keikhlasannya, maka Allah juga akan ridha terhadapnya.
Adapun dalil-dalil lain mengenai tasawuf yaitu:
a.       Taubat
Taubat adalah awal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqam pertama bagi sufi pemula. Hakikat taubat menurut arti bahasa adalah kembali. Kata taba memiliki arti kembali, maka taubat maknanya juga kembali. Artinya, kembali dari sesuatu yang dicela dalam syari`at menuju sesuatu yang dipuji dalam syari`at.
Orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip ahlus sunnah mengatakan, agar taubat diterima diharuskan memenuhi tiga syarat utama, yaitu menyesali atas pelanggaran-pelanggaran yang pernah diperbuatnya, meninggalkan jalan licin (kesesatan) pada saat melakukan tobat dan berketepatan hati untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran serupa. Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan      mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S At-Tahrim: 8).
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [٢٤:٣١]
Artinya: Dan bertobatlah kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S An-Nuur: 31).
Bagi Dzu Al-Nun bin Ibrahim Al-Mishri (w. 264H./861M.) taubat itu dilakukan karena seorang salik mengingat sesuatu dan terlupakan mengingat Allah. Dia kemudian membagi taubat menjadi taubat kelompok awam dan taubat kelompok khash (awliya`). Kelompok orang khash melakukan pertaubatan karena dia lupa mengingat Allah sedangkan kelompok awam bertaubat karena mengerjakan perbuatan dosa. Baginya, hakikat taubat adalah keadaan jiwa yang merasa sempit hidup diatas bumi karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.[9]
b.      Ikhlas
Ustaz Syaikh berkata, ikhlas adalah penunggalan Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata-mata tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukkan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain pendekatan diri kepada Allah. Bisa juga diartikan ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.[10] Allah SWT berfirman:
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ [٧:٢٩]
Artinya: Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat dan sembahlah dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepadanya sebagaimana kamu diciptakan semula.” (Q.S Al-A`raf: 29).
Dalam keterangan lain Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ [٩٨:٥]
Artinya: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaatinya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (Q.S Al-Bayyinah: 5).
c.       Sabar
Junaid mengatakan, “perjalanan dari dunia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman, putusnya hubungan makhluk disisi Allah SWT adalah berat perjalanan dari diri sendiri (jiwa) menuju Allah adalah sangat berat, dan sabar kepada Allah tentu akan lebih berat.” Ia ditanya tentang sabar, lalu dijawab “menelan kepahitan tanpa bermasam muka.”[11] Allah SWT berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ [٢:٤٥]
Artinya: Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`.                                   (Q.S Al-Baqarah: 45).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [٢:١٥٣]
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqarah: 153).

Dasar Tasawuf Dalam Sunnah Rasulullah SAW
Riwayat telah menceritakan bahwa Nabi Muhammad setiap bulan Ramadhan berada di gua hira untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati serta hakikat kebenaran di tengah-tengah keramaian hidup[13]. Juga telah ditemukan sejumlah hadits yang memuat ajaran-ajaran tasawuf antara lain:
1. Dalam hadist Qudsi dikatakan bahwa Nabi Muhammd SAW bersabda: “ sesungguhnya Allah berkata: “Siapa yang memusuhi wali (hamba kekasih)-Ku maka Aku akan menyatakan perang kepadanya. Seorang hamba yangmendekatkan diri pada-Ku lebih aku cintai daripada apa yang aku wajibkan kepadanya. Ketika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarnya atas apa yang sedang didengarkannya, menjadi penglihatanya atas apa yang dilihatnya, menjadi tangannya atas apa yang sedang digenggamnya, dan menjadi pejalannya atas perjalanan yang dilakukannya. Apabila dia meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya; dan apabila dia memohon ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya” (HR. Bukhari Muslim)[14]
   Rasulullah bersabda dalam hadist tersebut bahwa yang menjadi kekasih Allah adalah orang yang dekat dengan Allah, upaya mendekatkan dengan Allah adalah melalui jalan tasawuf. Jika dianalogkan, kekasih Allah adalah orang yang melakukan tasawuf (sufi). Dengan bertasawuf maka, kita akan mudah mengharapkan pengampunan dari Allah.
2. Rasulullah bersabda: “ Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari Muslim)[15]
   Pada hadits tersebut, Rasulullah sangat menganjurkan bahwa amal ibadah yang kita lakukan harus dan hanya ditujukan untuk mengharap keridhaan Allah seolah-olah kita telah melihatnya. Hal itu juga merupakan tujuan dari tasawuf yang menganjurkan agar kita beribadah hanya untuk mencapai keridaan Allah. Bukan untuk yang lain, seperti dunia.
3. Mengenai kualitas dan kuantitas ibadah Rasulullah SAW, Aisyah r.a. pernah berkata “Sesungguhnya Nabi SAW., bangun di tengah malam (untuk melaksanakan sholat) sehingga kedua telapak kakinya menjadi lecet. Saya berkata kepadanya: “Wahai Rasulullah, mengapa anda masih berbuat seperti ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosayang telah lalu dan yang akan datang bagi mu?” Nabi SAW ., menjawab: “Salahkah aku jika ingin menjadi seorang hamba yang selalu bersyukur?”. (HR. Bukhari Muslim)[16]
   Hadist tersebut memberitahukan kepada kita agar selalu kontinyu terhadap amal ibadah kita. Ibadah yang dilakukan harus benar-benar bagus dalam kualitas yakni keikhasan dan juga dalam hal kuantitas yakni istiqomah.
4. Hadits tentang zuhud
   Hadits tersebut memberitahukan bahwa segala hal yang ada di dunia tidak dinomorsatukan, melainkan urusan akhiratlah yang terpenting. Zuhud bukan berarti harus benar-benar lepas dari dunia. Hal itu tidaklah mudah bagi seorang manusia yang membutuhkan makan. Yang dimaksud dengan zuhud adalah tidak terlalu mementingan dunia, dunia hanyalah alat untuk pencapaian kesuksesan di akhirat kelak.
5. Rasulullah bersabda: “ Demi Allah, aku memohon ampunan kepada Allah dalam sehari semalam tak kurang dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari)
   Pentingnya bagi seorang sufi untuk selalu menyadari kesalahan dan dosa yang telah ia perbuat. Perintah ini telah jelas pada Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari. Padahal Nabi adalah seorang yang ma’sum dan sudah dijamin surga, namun jawaban beliau malah ingin tetap bersyukur atas nikmst Allah terhadap kita. Sebagai umat hendaknya meniru perbuatan Nabi tersebut



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tasawuf merupakan proses pendekatan diri dengan cara mensucikan hati sesuci-sucinya. Aakhlak adalah suatu tindakan jiwa seseorang tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu atau spontanitas yang menentukan batas antara baik buruknya seseorang. 
Hubungan antara akhlak dan tasawuf yaitu bahwa orang yang suci hatinya akan tercermin dalam air muka dan perilakunya yang baik. Selain itu, Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.














DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli, 2018, akhlak tasawuf (jalan lurus mensucikan diri), depok sleman Yogyakarta, kalimedia.
Prof.Dr.Rosihon Anwar, 2010, akhlak tasawuf, bandung, CV. Pustaka Setia.
http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2014/01/makalah-tasawuf.html.
http://www.masuk-islam.com/pembahasan-tasawwuf-lengkap-pengertian-tasawuf-dasar-dasar-tasawauf-tujuan-tasawuf-perkembangan-tasawauf-dll.html   
https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dan-tasawuf


Comments