Tugas Kuliah Makalah

Posts

Tugas-tugas kuliah | makalah ilmiah

PENDAHULUAN Latar belakang Hakikatnya semua ilmu berasal dari Allah SWT dan manusia sebagai pelaksana atau modifikator. Ilmu agama seperti ilmu fiqih, tauhid, tafsir, hadist, dan lain-lain disebut juga ilmu akhirat.Sedangkan ilmu sains (eksakta) seperti biologi, fisika, kimia, krdokteran dan lain-lain disebut juga ilmu dunia atau ilmu umum Ilmu agama dan ilmu eksasta tidak dapat dipisah-pisahkan. Albert Eintensein mengatakan bahwa ilmu pengatahuan tanpa agama adalah buta, sedangkan ilmu agama tanpa ilmu pengathuan adalah pincang. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang erat antara ilmu agama dan ilmu pengatahuan 9eksasta0 diibaratkan simbosis yang saling menguntungkan. Rumusan masalah Bagaimana Sejarah paradigma kesatuan ilmu pengetahuan? Apa definisi paradigma kesatuan ilmu pengetahuan? Apa saja prinsip- prinsp paradigma kesatuan ilmu pengetahuan? Bagaimana pendekatan dan strategi paradigma kesatuan ilmu pengetahuan? Tujuan Untuk mengetahui Sejarah paradigma kesatuan ilmu pengetahuan Untuk mengetahui definisi paradigma kesatuan ilmu pengetahuan Untuk mengetahui apa saja prinsip- prinsip paradigm kesatuan ilmu pengetahuan Untuk mengetahui Bagaimana pendekatan dan strategi paradigma kesatuan ilmu pengetahuan. PEMBAHASAN Sejarah paradigma kesatuan ilmu pengetahuan Paradigma ini sesungguhnya bukanlah paradigm baru. Paradigma ini telah dipraktikan oleh para ilmuwan muslim klasik seperti Ibn sina (980-1037M), al-Kindi (801-870M), dan al-Farabi (874-950M). Mereka mempelajari ilm-ilmu Yunani yang lebih menekan Logos kontemplatif-non-eksperimentalnamun disesuaikan dan dimodifikasi dengan anjuran ilmiyah wahyu yang menekanan observasi empiris atas fakta-fakta alam. Sejarah paradigma kesatuan ilmu bermula dari para pendekar ilmuwan muslim paling awal baik dalam ranah ilmu-ilmu naqliyah maupun ilmu-ilmu aqliyah. Walaupun mereka mengkaji ranah yang berbeda namun memiliki kesadaran yang sama yakni kesadaran tauhid. Bagi mereka semua ilmu digali dan dikembangkan dalam rangka mengenal dan lebih dekat pada samg khaliq. Dalam ilmu naqliyah, muncul nama Muhammad b. Idris asy-syafi’I yang menyusun kitab ar risalah yang merupakkan kitab pertama ilmu ushul fiqh yang menjadi pegangan utama bagaimana umat islam semestinya memahami doktrin dasar agamanya secara benar dan tanggung jawab. Kemudian upaya ini dilanjutkan oleh Abu ishaq asy-syathibi yang menulis al muwafaqat yang pada intinya menjawab permasalahan relevansi antara sumber ajaran yang terbatas dengan permasalahan hidup manusia yang tidak pernah ada batasnya. Syathibi berfikir lebih maju dari zamannya yakni bahwa memahami doktri Islam tidak bisa hanya berpedoman pada pemahaman harfiyah ajaran namun harus selaras dengan maksud terdalam dari ajaran yang ia sebut maqashid an nash. Dalam ilmu aqliyah muncul Al Kindi yang meletakan dasar-dasar filsafat islam dengan sangat baik. Baginya, Islam dan filsafat mengandung kesesuain. Tujuan keduanya satu yaitu mengetahui kebenaran yang hakiki(Allah), kebenaran alam, dan kebenaran manusia melalui penalaran rasional. Menurut al-Kindi pengetahuan dapat dipilah menjadi 2 yakni pengetahuan ilahiyyah (divine sciences), pengetahuan ini diperoleh dari para nabi dan lebih didasarkan pada keyakinan dan pengetahuan insaniyyah (human sciences) pengetahuan ini diperoleh dari manusia biasa dan didasarkan pada rasio(reason). Kedua pengetahuan ini bisa digunakan untuk mengetahui hakikat kebenaran. Namun hakikat kebenaran hanyalah milik Allah swt. yang merupakan kebenaran pertama(al-haqq al-wahid). Proses munculnya suatu paradigma melalui proses kompetisi antara berbagai macam teori yang pernah muncul. Hanya Teori yang terbaik yang akan diterima sebagai suatu paradigm oleh komunitas ilmiah. Walaupun begitu, sejarah membuktikan bahwa tidak ada paradigma yang sempurna dalam menyelesaikan problem ilmiah. Oleh karena itulah penelitian akan terus dibutuhkan. Definisi Secara etimologi, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya disebelah atau disamping dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, ataupun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan ataupun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran ataupun perspektif umum berupa cara- cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yanag sanagat kompleks. Kata” paradigma” yang pertama kali di populerkan oleh Thomas Samuel Khun menurutnya, paradigma adalah seperangkat teori, metode, dan pegangan ilmiah yang disepakati oleh para ilmuan serumpun yang akan menjadi pembeda dari ilmuan lain yang tidak serumpun, sehingga menjadi suatu sumber hukum, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan , sehinggga dapat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma menurut Khun juga membantu komunitas ilmiah untuk membatasi disiplinnya dan menciptakan penemuan-penemuan, merumuskan persoalan, memilih metode yang tepat dalam menjawab persoalan, menentukan wilayah kajian,dll. Jadi paradigma adalah suatu yang esensial bagi penyelidikan ilmiah(scientific inquiry). Paradigma ini merupakan paradigma ilmu pengetahuan khas umat islam yang menyatakan bahwa semua ilmu pada dasarnya adalah suatu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah melalui wahyu-Nya baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, semua ilmu sudah semestinya saling berdialog dan bermuara pada satu tujuan yakni mengantarkan pengkajiannya semakin mengenal dan semakin dekat dengan Allah sebagai al-Alim (yang maha tahu). Paradigma ini sesungguhnya bukanlah paradigma baru. Paridigma ini telah dipraktekan oleh para ilmuwan muslim klasik seperti Ibn sina (980-1037M), al-Kindi (807-870M). dan al-Farabi (874-950). Mereka mempelajari ilmu-ilmu Yunani yang lebih menekankan logos kontemplatif-non eksperimental namun disesuaikan dan dimodifikasi dengan anjuran ilmiyah wahyu yang menekankan observasi empiris atas fakat-fakta alam. 3.Prinsip-prinsip 1. Integrasi Prinsip ini menyakini bahwa bangunan semua ilmu pengatahuan sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan yang semuanya bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui para nabi, eksplorasi akal, maupun eksplorasi alam. Kolaborasi Prinsip ini memadukan nilai universial islam dengan ilmu pengatahuan modern guna meningkatkan kualitas dan peradaban manusia. Dialektika Prinsip ini meniscayakan dialog yang intens antara ilmu-ilmu yang berakar pada wahyu (revealed sciences), ilmu pengetahuan modern (modern sciences), dan kearifan local (local wisdom). Prospektif Prinsip ini menyakini bahwa paradigm kesatuan ilmu pengatahuan ini menghasilkan ilmu-ilmu baru yang lebih humanis dan etis yang bermanfaat bagi pembangunan martbat dan kualitas bangsa dan kelestarian alam. Pluralistik Prinsip ini meyakini adanya pluralitas realitas, metode, dan pendekatan dalam semua aktivitas keilmuan. 4.Pendekatan dan Setrategi Selain memiliki prinsip, paradigm wahdatul ulum juga memiliki pendekatan. Pendekatan yang dimaksud adalah teo-antroposentris. Pendekatan ini membingbing para pengkaji agar selalu menjadikan Tuhan sebagai asal dan tujuan daru segala proses ilmiah tanpa meninggalkan peran manusia sebagai makhluk yang memiliki mandate ilmiyah. Dalam hal strategi untuk mengimplementasikan paradigma unit of sciences itu, UIN Walisonngo memiliki tiga strategi: Humanisasi Ilmu-ilmu keislaman Dalam hal strategi pengembangan paradigm kesatuan ilmu pengatahuan dengan melakukan humanisasi ilmu-ilmu keislaman. Adapun yang dimaksud dengan humanisasi adalah merekontruksi ilmu-ilmu keislaman agar semakin menyentuh dan memeberi solusi bagi persoalan nyata kehidupan manusia. Strategi humanisasi ilmu-ilmu keislaman mencakup segala upaya untuk memadukan nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia. Islam akan mewarnai prilaku manusia. Namun pemahaman atas Islam dari bangsa ini masih kurang sehingga Islam belum bisa mewarnai prilakunya. Ada yang menganggap bahwa menjadi musli itu hanya bila kita pergi ke masjid, atau ketika berumroh atau pada saat berhaji. Padahal bukan demikian. Bagaimana cara mencari uangnya? Bagaimana melakukan segala kegiatan? Bagaimana seorang harus bekerja? Ini juga menjadi perhatian Islam. Inilah pentingnya tajdidul ulumiddin. Spiritualisasi Ilmu-ilmu Modern Strategi spiritulisasi adalah memberikan pijakan nilai-nilai ketuhanan (Ilahiyah) dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk memastikan bahwa pada dasarnya semua ilmu berorientasi pada peningkatan kualitas/keberlangsungan hidup manusia dan alam serta bukan penistaan atau perusakan keduanya. Strategi spiritualisasi ilmu-ilmu modern meliputi segala upaya membangun ilmu pengetahuan baru yang didasarkan pada kesadaran kesatuan ilmu yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui para nabi, eksplorasi akal, maupun eksplorasi alam. Kegagalan paradigm sains Barat, menurut Kuntowijoyo, adalah sifatnya yang sekuler. Paradigma sekuler perlu disuntik dengan etika humanisme. Semanagat ilmu yang dikembangkan Barat adalah menghilamgkan pesan-pesan spiritual. Ini telah menjadi akar masalah tumpulnya sains modern dalam penyelesaian masaalah kemanusian dan peradaban. Revitalisasi Local Wisdom Local wisdom atau kearifan local diartikan sebagai sesuatu kekayaan budaya local yang mengandung kebijakan hidup dan pandanagan hidup yang mengakomodasi kebijakan dan kearifan hidup. Kearifan ini bukan sekedar tradisi. Kearifan local merupakan hasil kemampuan seseorang yang menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sebuah permasalahan yang sedang dihadapi suatu local atau tempat. Dalam konteks Indonesia, kearifan local ini tidak hanya berlaku secara local pada budaya dan etnik tertentu, tetapi dapat berlaku lintas etnik sehingga membentuk budaya nasioanal. PENUTUP Kesimpulan paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan ataupun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran ataupun perspektif umum berupa cara- cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yanag sanagat kompleks. paradigma adalah seperangkat teori, metode, dan pegangan ilmiah yang disepakati oleh para ilmuan serumpun yang akan menjadi pembeda dari ilmuan lain yang tidak serumpun, sehingga menjadi suatu sumber hukum, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan , sehinggga dapat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma juga membantu komunitas ilmiah untuk membatasi disiplinnya dan menciptakan penemuan-penemuan, merumuskan persoalan, memilih metode yang tepat dalam menjawab persoalan, menentukan wilayah kajian,dll. Jadi paradigma adalah suatu yang esensial bagi penyelidikan ilmiah(scientific inquiry). DAFTAR PUSTAKA Shahid Rahman(Eds.),The Unity of Science in the Arabic Tradition: Science,Logic,Epistemology,and Their Interaction: (New york:Springer,2004) Fanani, Muhyar, Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan, (Semarang: CV.Karya Abadi Jaya:2015) Surajiyo, Falsafat Ilmu, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008)

Tugas Kuliah Makalah

Search This Blog

Posts

MAKALAH PENGERTIAN,SEJARAH PERKEMBANGAN ,DAN SUMBER NORMATIF TASAWUF

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU TAUHID (PERIODE ROSULULLOH SAW DAN PERIODE KHULAFAURROSIDIN)

Makalah Tauhid..Tentang Iman??

Makalah Tasawuf ..tema Akhlak ,Etika,Moral dan susika

Makalah Fiqh tentang puasa dan hikmahnya

Makalah Pancasila Sebagai Penangkal Radikalisme